-->

iklan bawah header

Diagnosis Sistem Pengapian Konvensional Motor Bensin

Sistem Pengapian Konvensional - Motor pembakaran dalam (internal combustion engine) menghasilkan tenaga dengan cara membakar campuran udara dan bahan bakar dalam silinder. Pada motor bensin, loncatan bunga api pada busi diperlukan untuk menyalakan campuran udara-bahan bakar yang telah dikompresikan oleh torak di dalam silinder. 

Ada tiga syarat apabila pembakaran dapat terjadi yakni ada bahan bakar, udara, dan ada api. Api dalam pembakaran tidak mungkin muncul dengan begitu saja, pasti ada sebab kemunculannya. Untuk memunculkan api ini maka perlu dibuat suatu sistem yang disebut sistem pengapian. Jadi sistem pengapian adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang memilki fungsi yang berbeda yang dirangkai sedemikian rupa sehinga memiliki satu fungsi yakni memercikkan bunga api yang di gunakan untuk membakar campuran udara dan bahan bakar yang telah dikompresikan di dalam silinder. 

Agar hasil yang diperoleh sistem pengapian sempurna, maka rangkaian ini harus memenuhi beberapa kriteria sistem pengapian, antara lain : 

  1. Dapat mengubah tegangan rendah menjadi tegangan tinggi. 
  2. Dapat beroperasi dengan sumber tegangan yang berbeda (tegangan batere dan / atau alternator). 
  3. Dapat mengalirkan tegangan tinggi ke busi sesuai dengan urutan pengapian (firing order). 
  4. Waktu pembangkitan tegangan tinggi harus tepat sesuai dengan putaran mesin.


DIAGNOSIS SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL 

Agar mesin dapat bekerja secara optimal, mesin harus memiliki kompresi yang baik dan sesuai dalam kinerjanya. Silinder dalam mesin harus mendapat campuran udara dan bahan bakar agar mudah terbakar. Selain hal itu, juga diperlukan percikan bunga api yang baik untuk dapat membakar campuran udara dan bahan bakar dalam silinder sehingga terjadi proses pembakaran. 

Jika dari kedua ada yang tidak terpenuhi, maka mesin tidak akan menyala atau bekerja dengan baik dan optimal. Sistem pengapian otomotif memiliki konstruksi yang berbeda-beda pada setiap kendaraan, tetapi pada dasarnya, kerja hampir sama. 

Semua sistem pengapian memiliki sebuah rangkaian primer yang dapat menimbulkan tegangan pada rangkaian sekunder. Tegangan tinggi ini harus dikirimkan ke busi yang tepat pada waktu yang tepat sesuai dengan urutan pengapian mesin (firing order). 

Kegagalan pada sistem pengapian dapat dibagi menjadi tiga kelas: 

  1. Hilangnya energi pada rangkaian primer. 
  2. Hilangnya energi pada rangkaian sekunder. 
  3. Habisnya waktu pembangkitan tegangan.    


RANGKAIAN SISTEM PENGAPIAAN KONVENSIONAL

Sistem pengapian konvensional adalah sistem pengapian yang terdapat pada kendaraan bermotor yang masih menggunakan platina sebagai pemutus dan penghubung pengapian Rangkaian sistem pengapian konvensional:


Sistem pengapian menggunakan arus bertegangan rendah dari baterai dan membangkitkan tegangan tinggi untuk menghasilkan percikan api pada busi pada koil pengapian. Proses pembangkitan tegangan tinggi ini harus akurat dan tepat, biasanya sampai 100x per detiknya atau lebih. 

Hal inilah yang menyebabkan mengapa pemeliharaan pada sistem pengapian menjadi begitu penting, karena merupakan sistem vital dalam kendaraan. 

Sistem pengapian konvensional dapat dibagi dalam dua kategori rangkaian, yakni rangkaian primer dan rangkaian sekunder. 

  1. Rangkaian primer terdiri dari kunci kontak, kumparan primer, platina dan kondensor, dengan memanfaatkan tegangan rendah dari batere. 
  2. Rangkaian sekunder dialiri arus bertegangan tinggi sebagai hasil kerja koil. Agar lebih sederhana, cara kerja sistem pengapian dibagi dalam dua tahap, yakni saat platina menutup dan saat platina membuka.


KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

1. Baterai

 Berfungsi untuk menyediakan arus listrik tegangan rendah (biasanya 12V) untuk ignition coil.

3. Kontak Pemutus dan Sudut Dwel 

Berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan arus primer agar terjadi induksi tegangan tinggi pada sirkuit sekunder. 

Berikut ini bagian-bagian kontak pemutus:



Besar sudut Dwell dan kemampuan pengapian Kemampuan pengapian ditentukan oleh kuat arus primer. Untuk mencapai arus primer maksimum, diperlukan waktu pemutusan kontak pemutus yang cukup. 

Perhatikan gambar besar kecil sudut dwell terhadap kemampuan pengapian


4. Capasitor/ Condenser 

Menyerap loncatan bunga api yang terjadi antara breaker point (pada platina) pada saat membuka dengan tujuan untuk menaikkan tegangan coil sekunder

Berikut permasalahan pada kerja kondensor : 

a. Pada sirkuit primer 

Pada saat kontak pemutus mulai membuka terdapat loncatan bunga api diantara kontak pemutus.

 Penyebab:

  • Arus tidak terputus dengan segera.
  • Kontak pemutus menjadi cepat aus (terbakar). 

b. Pada sirkuit sekunder 

Bunga api pada busi lemah.

 Penyebab:

  • Arus primer tidak terputus dengan segera.
  • Medan magnit pada koil tidak jatuh dengan cepat (tegangan induksi rendah). 


5. Busi 

Permukaan muka busi menunjukkan kondisi operasi mesin dan busi. 

Berikut berbagai permasalaham pada busi:

a. Normal 

Isolator berwarna kuning atau coklat muda dan puncak isolator bersih.

Artinya:

  • Kondisi kerja mesin baik.
  • Pemakaian busi dengan nilai panas yang tepat. 

b. Terbakar 

Elektroda yang terbakar, pada permukaan kaki isolator ada partikel-partikel kecil mengkilat yang menempel dan pada isolator berwarna putih atau kuning. 

Artinya: 

  • Nilai oktan bensin terlalu rendah.
  • Campuran bahan bakar terlalu kurus.
  • Knocking (detonasi). 
  • Saat pengapian terlalu awal. 
  • Tipe busi yang terlalu panas 

c. Berkerak karena oli 

Kaki isolator dan elektroda sangat kotor. Umumnya warna coklat. 

Artinya: 

  • Ring piston pada piston aus.
  • Dinding katup aus.

d. Berkerak karbon / jelaga 

Pada isolator, elektroda, rumah busi berkerak jelaga. 

Artinya:

  • Campuran bahan bakar terlalu kaya.
  • Tipe busi yang terlalu dingin. 

e. Isolator retak 

Terdapat keretakan pada isolator. Akibatnya bunga api dapat meloncat dari isolator langsung ke massa 

Penyebab: 

  • Jatuh.
  • Bahan lemah.


Celah elektroda busi dan tegangan pengapian 

Celah elektroda busi mempengaruhi kebutuhan tegangan pengapian. 

  1. Celah elektroda besar maka tegangan pengapian akan besar.
  2. Celah elektroda kecil maka tegangan pengapian akan kecil.


SAAT PENGAPIAN

Saat pengapian adalah kondisi pada saat busi meloncatkan bunga api untuk terjadi proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara, saat pengapian diukur dalam derajat poros engkol sebelum atau sesudah TMA (titik mati atas).

1. Saat pengapian yang tepat 

Agar tekanan pembakaran maksimum, saat pengapian harus ditempatkan sebelum TMA . Umumnya 7-10 derajat sebelum TMA.

2. Saat pengapian terlalu awal 

Akan mengakibatkan detonasi / knoking, daya motor berkurang, motor menjadi panas dan dapat menimbulkan kerusakan (pada torak, bantalan dan busi). 

3. Saat pengapian terlalu lambat 

Akan menghasilkan langkah usaha yang kurang ekonomis/tekanan pembakaran jauh sesudah TMA, daya motor berkurang, dan boros bahan bakar. 


MENCARI GANGGUAN PADA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

Lakukan pemeriksaan gangguan pada sistem pengapian konvensional sesuai petunjuk flow cart. 

Pemeriksaan rangkaian primer dan rangkaian sekunder

Petunjuk: Pada pemeriksaan tegangan tinggi, kunci kontak pada posisi “ON “ kan. 

1. Pemeriksaan rangkaian primer

2. Pemeriksaan rangkaian sekunder (tegangan tinggi)




DIAGNOSIS KERUSAKAN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

Berikut ini merupakan diagnosis dari kerusakan sistem pengapian konvensional:

No Gejala Kemungkinan Penyebab Cara Mengatasi
1 Mesin tidak dapat hidup (tidak ada percikan api di busi)
Busi mati atau deposit berlebihan. Ganti busi atau bersihkan.
Kabel tegangan tinggi bocor berlebihan. Ganti kabel tegangan tinggi.
Rotor tidak terpasang. Pasang rotor.
Urutan pengapian tidak benar. Perbaiki urutan pengapian.
Platina terganjal kotoran Bersihkan kotorannya.
Platina menutup terus atau membuka terus. Setel celah platina atau sudut dwell
Koil mati Ganti koil
Kondensor mati Ganti kondensator
Konektor kabel lepas Pasang konektor kabel yang lepas
Kabel putus Ganti atau perbaiki kabel yang putus
Kontak rusak Ganti kontak
2 Mesin sulit hidup (percikan api dibusi kecil) Deposit (penumpukan kerak) dibusi berlebihan. Bersihkan atau ganti busi.
Kabel tegangan tinggi bocor. Ganti kabel tegangan tinggi.
Tutup distributor kotor. Bersihkan terminal ditutup distributor.
Karbon ditutup distributor hilang. Pasang karbon atau ganti tutup distributor.
Tutup distributor retak. Ganti tutup distributor.
Urutan pengapian tidak benar. Perbaiki urutan pengapian.
Kontak platina kotor. Bersihkan kontak atau ganti.
Setelan celah platina tidak tepat. Setel celah platina atau sudut dwell.
Saat pengapian tidak tepat. Saat setel pengapian
Koil rusak. Ganti koil.
Kondensor rusak. Ganti kondensor.
Konektor kabel kotor. Bersihkan terminal konektor kabel.
3 Terjadi ledakan di knalpot Busi kotor. Bersihkan busi atau ganti busi
Platina kotor. Bersihkan platina atau ganti.
Saat pengapian terlalu mundur. Stel saat pengapian.
4 Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas dilepas Kerja vacum advancer kurang sempurna. Perbaiki mekanisme vacum advancer.
5 Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas ditekan Kerja centrifugal advancer kurang sempurna. Perbaiki mekanisme sentrifugal advancer.
6 Busi cepat kotor Pemakaian busi yang tidak tepat Ganti busi dengan tingkat panas yang tepat.
Platina kotor. Bersihkan atau ganti platina.
Saat pengapian tidak tepat. Stel saat pengapian.
7 Elektroda busi meleleh Pemakaian tingkat busi yang terlalu panas. Ganti busi dengan tingkat panas busi yang lebih dingin.


Demikian pembahasan kali ini mengenai diagnosis pada sistem pengapian konvensional. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Salam Teknika!

0 Response to "Diagnosis Sistem Pengapian Konvensional Motor Bensin"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel